Transplantasi Kepala : Mungkinkah dan Bagaimana Caranya

Hidup Sehat498 Views

Transplantasi kepala dewasa ini menjadi isue yang menarik perhatian, yang mana dilakukan pergantian kepala dan penyambungan baik syaraf, pembuluh darah, dan struktur jaringan lainnya. Membandingkan dengan transplantasi jantung dan transplantasi ginjal, transplantasi kepala secara teknik lebih menantang.

Dokter bedah membutuhkan penyambungan banyak jaringan kepala ke tubuh yang beru termasuk jaringan otot, kulit, ligamen, tulang, pembuluh darah, dan yang paling utama adalah syaraf pusat dan perifer termasuk medula spinalis.

Sejarah Transplantasi Kepala

Pada abad ke-19, dokter bedah Missouri mentransplantasi kepala anjing ke leher anjing lain dan membuat tubuh satu dengan dua kepala. Pada tahun 1950 dokter bedah cina dan unisoviet, mengulanginya dan anjing yang ditransplantasi dapat hidup selama 29 hari. Pada tahun 1970 dokter dari Ohio mentransplantasi kepala monyet rhesus ke tubuh yang beru. Monyet tersebut dapat hidup dan makan. Tetapi belum bisa menyambungkan medula spinalis, sehingga masih didapatkan paralisis pada outcomenya.

Canavero dan Ren memiliki rencana, bahwa menggabungkan sel syaraf kepala dan tubuh menggunakan senyawa kimia seperti lem yang disebut dengan polyethylen glycol. Ren telah siap untuk memeriksa senyawa kimia tersebut pada tikus dengan medula spinalis yang rusak. Tikus berjalan selama dua hari pada prosedur ini.

Pada persiapan tahun selanjutnya, tim ren juga sukses mentransplantasi kepala tikus ke tubuh yang lain dan kemudian diikuti ke monyet. Hewan ini di eutanasia dalam beberapa hari. Dari penlitian tersebut, peluang transplantasi kepala menjadi hal yang terus di gali dan prospek dimasa depan.

Baca juga :   Mengenal Vaksin Moderna Covid-19

Risiko prosedur Transplantasi Kepala

Berdasarkan Atlantik, Canavero mengatakan bahwa peluang keberhasilan adalah 90%.  Setiap tindakan pembedahan memiliki risiko. Pendapat lain, mengatakan peluang keberhasilannya 50%. Infeksi, kehilangan darah, reaksi penolakan adalah risiko terbesar.

Dengan transplantasi ini, kehilangan aliran darah ke otak menjadi masalah terbesar. Berkurangnya aliran darah ke otak akan memicu defisiensi mental yang berat. Mendinginkan kepala dan tubuh sebelum dan selama tindakan pembedahan membuat sel dapat tetap hidup tanpa oksigen. Dokter hanya memiliki waktu satu jam untuk menyelesaikan transplantasi ini.

Risiko terbesar dari transplantasi organ adalah penolakan jaringan. Dengna transplantasi ini, kepala dianggap sebagai benda asing sehingga mengaktifkan sistem imun resipien. Mencari donor yang baik sangat diperlukan. Menggunakan obat imunosupresan dapat membatasi penyerangan imunitas sendiri terhadap jaringan kepala.

Setelah pembedahan, pasien akan mengalami KOMA selama beberapa minggu untuk proses penyembuhan medula spinalis. Tetapi jika pasien bangun sebelum medula spinalis sembuh total, terdapat kemungkinan terjadi paralisis atau terdapat fusi yang tidak “match”.

Tinjauan Etik Transplantasi Kepala

Biaya untuk prosedur ini setidaknya memakan 10-100 juta dollar. Jika dirupiahkan sekitar 130 milyar rupiah hingga 1,3 triliyun rupiah. Transplantasi ini menjadikan isu yang baru dan juga kaitannya dengan proses reproduksi baik sel sperma dan sel ovum.

Jika seseorang mempunyai anak, dan keluarga mendonasikan tubuhnya bagaimana hukumnya, legal atau tidak. Semua persetujuan, termasuk asuransi kepada keluarga yang ditinggalkan, harus diperhatikan. Proses pembuatan hukum, termasuk kompensasi harus dipikirkan sehingga ini akan menjadi peluang dan terobosan dalam dunia kesehatan yang sangat hebat. Demikian ulasan kami, semoga mencerahkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *